AIR MINUM
Menurut
pakar lingkungan dr. R. Budi Haryanto, SKM. M.Kes, MSc dari
Universitas Indonesia menuturkan bahwa bersih adalah syarat utama supaya air
layak dikonsumsi. Bersih disini dalam arti bebas dari pencemaran fisik, kimia,
radioaktif dan biologis. Namun sayangnya sebagian besar air, khususnya di
jakarta, tidak memenuhi syarat utama tersebut. Krisis air bersih memaksa kita
untuk membeli air kemasan atau mengisi ulang di depot isi ulang terdekat. Dalam
Artikel Lingkungan Hidup, Belakangan BPOM menyatakan beberapa air minum
kemasan tidak lagi aman dikonsumsi. hal yang sama nerlaku juga untuk air minum
isi ulang. Berdasarkan penelitian mahasiswa FKUI tahun 2009 di daerah
Cimanggis, Jawa Barat ditenggarai air depot isi ulang mengandung bakteri E.
Coli. Berdasarkan baku mutu dari Departemen Kesehatan, disampaikan Budi, air
dikatakan aman jika tidak mengandung bakteri. “Ambang batasnya nol,’ tegasnya.
Menurut laporan Indonesia Finance
Today – 3 Juni 2013 – kondisi air baku di DKI Jakarta dari segi kualitas
ataupun kuantitas berada pada kondisi yang memprihatinkan. Direktur Jenderal
Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Mohammad Hassan, mengatakan bahwa
parahnya kondisi air di Jakarta disebabkan saat musim kemarau khususnya alur
sungai Jakarta berwarna hitam dan sangat kotor sedangkan musim hujan banjirnya
luar biasa.
Dalam Artikel Lingkungan Hidup
ini, Air yang berasa, tidak jernih, berwarna dan berbau biasanya tanda air
yang mengalami pencemaran secara kimiawi, seperti Kadmium, Arsen, Boron, Barium,
Selenium, Nikel, Timbal, dan lain-lain namun tidak mendapat pencemaran bakteri,
seperti: Enteroinvasive Escheria Coli, Enteropathogenic Escheria Coli,
Enterotoxigenic Escheria Coli, Bakteri Typhus, Parathypus, Salmonella dan Bakteri
Disentri. Air yang mengalami pencemaran bakteri hampir tidak terlihat
tanda-tanda pencemarannya. Jika dikonsumsi akan menyebabkan gangguan, seperti
sakit perut, demam, keracunan, hingga berbagai penyakit kronis berbahaya.
Berdasarkan
pengalaman dr. Budi, diare akibat E. Coli adalah penyakit terbanyak yang
diakibatkan konsumsi air tidak bersih. Bahkan menurutnya, diare disebut
sebagai penyebab kematian balita dan balita yang minum air tercemar akan
memiliki resiko lebih tinggi. “Bayi yang mengkonsumsi air isi ulang beresiko 3
kali terkena diare lebih besar daripada bayi yang tidak mengkonsumsinya.
Hal ini karena biasanya air tersebut
langsung diminum,” katanya. Oleh karena itu dalam Artikel Lingkungan Hidup
ini, ia menegaskan supaya memasak kembali air sebelum diminum atau
melewatkannya melalui dispenser untuk mengurangi kontaminasi bakteri. “Bahkan
jika dilihat dari resiko terkena diare, air minum rebusan jelas lebih terjamin
dan bebas kuman.”
Artikel Lingkungan
Hidup ini menggambarkan bahwa Fenomena depot air isi ulang dan beberapa
merk air kemasan yang tidak lagi aman mengindikasikan pentingnya pengolahan air
yang higienis dan efektif. Sudah banyak jenis teknologi pengolahan air yang
memiliki fungsi menjernihkan dan memurnikan air supaya layak diminum, salah
satunya ultraviolet yang bisa menyaring bakteri atau senyawa kimia dalam air.
Masingt-masing jenis pengolahan air mempunya kelebihan dan keunggulan
tersendiri. “Karena sumber air di Jakarta kualitasnya tidak sama, sulit untuk
menyebutkan yang mana yang paling ideal. Tapi semakin canggih teknologi yang
dimiliki depot tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas air baku yang
diolah,” papar dr. Budi. Di luar segi teknologi, petugas operasional juga
sangat berperan dalam menentukan kualitas air olahan. “Semakin terampil dan
menguasai teknologi pengolahan, maka hasil olahan juga akan semakin terjamin.”
tegasnya lagi. Namun apakah semua petugas operasional tersebut berpengalaman?
Karena teknologi sebaik apapun akan tidak berguna jika yang mengoperasikan
adalah yang kurang ahli.
Jika Anda termasuk pelanggan air
minum kemasan atau isi ulang, telitilah sebelum membeli. Dalam Artikel
Lingkungan Hidup ini, berikut tips aman mengkonsumsi air minum kemasa.
- Pilih yang layak minum. Dari tampilan dan segi nfisik, air minum yang baik tidak boleh memiliki bau, rasa, dan warna
- Pastikan kemasan air tidak mudah terkoyak dan dalam kondisi baik dan kuat
- Pilih air kemasan yang sudah memiliki ijin depkes/POM
- Rebus ulang atau lewatkan air melalui dispenser/water purifier untuk mengurangi kontaminsi bakteri