Senin, 23 September 2013

air minum


AIR MINUM
Menurut pakar lingkungan dr. R. Budi Haryanto, SKM. M.Kes, MSc dari Universitas Indonesia menuturkan bahwa bersih adalah syarat utama supaya air layak dikonsumsi. Bersih disini dalam arti bebas dari pencemaran fisik, kimia, radioaktif dan biologis. Namun sayangnya sebagian besar air, khususnya di jakarta, tidak memenuhi syarat utama tersebut. Krisis air bersih memaksa kita untuk membeli air kemasan atau mengisi ulang di depot isi ulang terdekat. Dalam Artikel Lingkungan Hidup, Belakangan BPOM menyatakan beberapa air minum kemasan tidak lagi aman dikonsumsi. hal yang sama nerlaku juga untuk air minum isi ulang. Berdasarkan penelitian mahasiswa FKUI tahun 2009 di daerah Cimanggis, Jawa Barat ditenggarai air depot isi ulang mengandung bakteri E. Coli. Berdasarkan baku mutu dari Departemen Kesehatan, disampaikan Budi, air dikatakan aman jika tidak mengandung bakteri. “Ambang batasnya nol,’ tegasnya.
Menurut laporan Indonesia Finance Today – 3 Juni 2013 – kondisi air baku di DKI Jakarta dari segi kualitas ataupun kuantitas berada pada kondisi yang memprihatinkan. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Mohammad Hassan, mengatakan bahwa parahnya kondisi air di Jakarta disebabkan saat musim kemarau khususnya alur sungai Jakarta berwarna hitam dan sangat kotor sedangkan musim hujan banjirnya luar biasa.
Dalam Artikel Lingkungan Hidup ini, Air yang berasa, tidak jernih, berwarna dan berbau biasanya tanda air yang mengalami pencemaran secara kimiawi, seperti Kadmium, Arsen, Boron, Barium, Selenium, Nikel, Timbal, dan lain-lain namun tidak mendapat pencemaran bakteri, seperti: Enteroinvasive Escheria Coli, Enteropathogenic Escheria Coli, Enterotoxigenic Escheria Coli, Bakteri Typhus, Parathypus, Salmonella dan Bakteri Disentri. Air yang mengalami pencemaran bakteri hampir tidak terlihat tanda-tanda pencemarannya. Jika dikonsumsi akan menyebabkan gangguan, seperti sakit perut, demam, keracunan, hingga berbagai penyakit kronis berbahaya.
Description: Artikel Lingkungan Hidup Berdasarkan pengalaman dr. Budi, diare akibat E. Coli adalah penyakit terbanyak yang diakibatkan konsumsi air tidak bersih. Bahkan menurutnya,  diare disebut sebagai penyebab kematian balita dan balita yang minum air tercemar akan memiliki resiko lebih tinggi. “Bayi yang mengkonsumsi air isi ulang beresiko 3 kali terkena diare lebih besar daripada bayi yang tidak mengkonsumsinya.
Hal ini karena biasanya air tersebut langsung diminum,” katanya. Oleh karena itu dalam Artikel Lingkungan Hidup ini, ia menegaskan supaya memasak kembali air sebelum diminum atau melewatkannya melalui dispenser untuk mengurangi kontaminasi bakteri. “Bahkan jika dilihat dari resiko terkena diare, air minum rebusan jelas lebih terjamin dan bebas kuman.”
Description: Artikel Lingkungan Hidup Artikel Lingkungan Hidup ini menggambarkan bahwa Fenomena depot air isi ulang dan beberapa merk air kemasan yang tidak lagi aman mengindikasikan pentingnya pengolahan air yang higienis dan efektif. Sudah banyak jenis teknologi pengolahan air yang memiliki fungsi menjernihkan dan memurnikan air supaya layak diminum, salah satunya ultraviolet yang bisa menyaring bakteri atau senyawa kimia dalam air. Masingt-masing jenis pengolahan air mempunya kelebihan dan keunggulan tersendiri. “Karena sumber air di Jakarta kualitasnya tidak sama, sulit untuk menyebutkan yang mana yang paling ideal. Tapi semakin canggih teknologi yang dimiliki depot tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas air baku yang diolah,” papar dr. Budi. Di luar segi teknologi, petugas operasional juga sangat berperan dalam menentukan kualitas air olahan. “Semakin terampil dan menguasai teknologi pengolahan, maka hasil olahan juga akan semakin terjamin.” tegasnya lagi. Namun apakah semua petugas operasional tersebut berpengalaman? Karena teknologi sebaik apapun akan tidak berguna jika yang mengoperasikan adalah yang kurang ahli.
Jika Anda termasuk pelanggan air minum kemasan atau isi ulang, telitilah sebelum membeli. Dalam Artikel Lingkungan Hidup ini, berikut tips aman mengkonsumsi air minum kemasa.
  1. Pilih yang layak minum. Dari tampilan dan segi nfisik, air minum yang baik tidak boleh memiliki bau, rasa, dan warna
  2. Pastikan kemasan air tidak mudah terkoyak dan dalam kondisi baik dan kuat
  3. Pilih air kemasan yang sudah memiliki ijin depkes/POM
  4. Rebus ulang atau lewatkan air melalui dispenser/water purifier untuk mengurangi kontaminsi bakteri